Selasa, 23 Oktober 2012

Training Jurnalistik KAMMI Sleman-KAMMI UII




 ·
Bertempat di Auditorium Fakultas Kedokteran jalan Kaliurang km. 14, 5 Sleman, para aktivis yang tergabung dalam wadah bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menghelat acara bertajuk peningkatan intelektual “Training Jurnalistik”. Terselenggaranya acara ini adalah atas kerjasama sesama departemen Hubungan Masyarakat (Humas), yaitu antara KAMMI komisariat Universitas Islam Indonesia (UII) dan KAMMI daerah Sleman. Acara yang dihelat untuk mahasiswa umum ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswi dari UII dan UNY. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi KAMMI dalam rangka memberikan kebermanfaatan (fasilitator amar makruf) pada sesama mahasiswa. Sekadar informasi, bahwa KAMMI UII sebelumnya juga mencoba menjadi fasilitator amal yaitu dengan mengadakan “Aksi Sosial untuk Sorong yang Terbakar”. Aksi ini berupa penggalangan bantuan untuk korban kebakaran di Rufei, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat yang mayoritas muslim. Diadakan selama tiga hari (22-24 Mei) di area boulevard UII, antusias dari para dermawan begitu besar, baik itu sumbangan berupa dana maupun pakaian. Dalam selang satu hari, KAMMI kemudian mengadakan Training Jurnalistik ini yang bertemakan “Membangun Tradisi Ilmiah Mahasiswa”.

Sebanyak 31 orang menghadiri Training Jurnalistik ini, yaitu 23 orang akhwat dan 8 orang ikhwan. Selain daripada itu, diadakannya training ini adalah sebagai bekal bagi kader KAMMI sendiri untuk menjadi aktivis yang multitalenta. Pelaksanaan acara ini dibagi menjadi tiga sesi. Tampil sebagai pembicara sesi pertama adalah Yusuf Maulana. Pria asal Cirebon ini membawakan materi “Manajemen Media Masa, Isu dan Jaringan”. Media sangat penting peranannya sebagai sarana membangun citra organisasi. Menampakkan kebaikan organisasi di media sangatlah besar dampaknya, namun jangan sampai kita memneli berita—walaupun mungkin kita mampu untuk itu—sebab hal ini sungguh tidak mencerdaskan. Media memang mudah sekali membentuk opini. Wajah seseorang bisa terlihat baik karena media, pun tampilan buruknya seseorang dapat menjadi konsumsi public oleh sebab media.

Kader KAMMI tidak afdhol kalau belajar saja, demo saja, mengejar IPK tinggi saja, ngaji saja, lulus kuliah pun, sebelum punya karya tulis. Maka menulislah, tuangkan gagasan dalam tulisan, karena tulisan adalah bukti peradaban. Terkait pertanyaan peserta mengenai subjektivitas kita terhadap media, bahwasanya kita mungkin—atau seringkali—berpikiran bahwa ketika apa yang disampaikan media tidak sesuai dengan apa yang sedang kita pikirkan maka anggapan yang muncul adalah media itu menyebar kebohongan. Maka pria kelahiran … ini memberi tips agar tidak melihat satu media saja ketika mengamati suatu isu. Kita perlu melihat satu isu dari berbagai sudut pandang (media), baik televisi, media cetak ataupun internet.

Sesi kedua mengenai “Kehumasan” dibawakan oleh Edo Segara. Alumnus FE UII ini merekomendasikan agar KAMMI fokus di masyarakat kampus (mahasiswa). Penekanannya ialah pada ‘kontribusi’ dan ‘kampus’. Sebab tanpa kontribusi, kita tak akan dikenal dan dianggap apa-apa. Sedangkan kampus ialah lingkup yang dianggap pas bagi kita sebagai mahasiswa, kita belum perlu menjamah lingkup yang lebih luas (mayarakat umum) karena kita lebih dekat dengan realitas di kampus. Publikasi menurut Edo adalah hal vital. “Jangan remehkan publikasi biasa, semacam blog”. Ada beberapa hal yang dijelaskan oleh mantan Humas KAMMI Pusat ini terkait kehumasan. Pertama, organisasi kita mau dicitrakan seperti apa. Kedua, kita harus melakukan kerja-kerja di masyarakat (kampus) secara konsisten. Ketiga, optimalkan publikasi. Keempat, ikhlas karena Allah.

Sesi ketiga dibawakan oleh aktivis KAMMI Sleman Vivit Nur Arista Putra. Penulis lepas di media massa ini memberikan stimulant pada para peserta mengenai “Motivasi Menulis”. Beberapa link media yang menerima tulisan (opini) mahasiswa ia berikan seperti harian Republika, Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja. Mahasiswa FIP UNY ini memotivasi peserta dengan pemaparannya bahwasanya beberapa media masa belakangan ini seringkali kekurangan tulisan sehingga ini adalah kesempatan baik bagi para peserta untuk mengirimkan tulisannya ke media. Selain itu, beberapa media juga lebih mengutamakan penulis mula untuk diterbitkan tulisannya, sehingga ini adalah peluang besar bagi mahasiswa yang memang ingin menyuarakan opininya di media.Training Jurnalistik ini ditutup dengan do’a oleh Ketua KAMMI UII Mahrus.

Ahada Ramadhana

Aktivis KAMMI UII



Tidak ada komentar:

Posting Komentar