Sabtu (22/9), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
UII menghelat diskusi publik mengenai “Aktivitas Keislaman Vs Terorisme”.
Bertempat di ruang B.III.4 Kampus D3 Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII),
puluhan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang hadir. Antara lain
dari Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII, Unit Kegiatan Mahasiswa Keislaman
(UKMK) Al Fath UII, KAMMI INSTIPER serta mahasiswa-mahasiswi angkatan 2012 UII
dari berbagai fakultas.
Departemen Kajian Strategis
(Kastrat) KAMMI UII sebagai penggagas acara ini mengakui digelarnya acara ini
dalam rangka menyikapi isu terkini yang dilontarkan oleh media mengenai
aktivitas keislaman yang berbasis masjid sekolah yang dipersepsikan berkaitan
dengan teroris. Acara ini untuk meluruskan persepsi terhadap aktivitas
keislaman di tingkat pelajar yang telah dipersepsikan buruk.
Dimulai pada pukul 08.30 wib,
Diskusi Publik diawali dengan pemutaran video mengenai hal terkait sebagai
prolog, dilanjutkan dengan Focus
Grup Discussion (FGD)
dengan durasi kurang lebih 10 menit. Setelahnya disampaikan materi dengan topik
‘Strategi Baru Gerakan Terorisme’ oleh pembicara pertama Aza El Munadiyan,
mahasiswa UGM yang juga Peneliti Bidang Terorisme Pusat Studi Hak Asasi Manusia
(PUSHAM) UII. Aza berpendapat bahwa pola jihad fardiyah (mandiri) menjadi pilihan jaringan
terorisme di Indonesia saat ini karena beberapa alasan. Pertama, makin mudahnya
orang untuk ‘berjihad’, dahulu orang berjihad harus dengan terorganisir namun
saat ini dengan beberapa orang dalam satu kelompok maka aksi jihad bisa
dilakukan, misalnya bom Bali II.
Kedua, makin mudahnya mendapat
ilmu askary (militer), siapa saja yang bersemangat
ingin jihad bisa belajar ilmu-ilmu askary di internet. Ketiga, semakin banyaknya
jaringan sel yang tertangkap ditambah sudah tidak adanya pimpinan gerakan
Nordin M Top dan Dr Azhari membuat sel-sel yang di bawahnya gamang dan kalap
sehingga gerakan yang dilakukan terkesan sporadis tanpa target dan waktu yang
jelas. Keempat, munculnya indikasi permainan intelejen gelap yang bisa jadi
berasal dari indonesia maupun pihak asing yang berkepentingan agar proyek
terorisme di Indonesia tidak berhenti karena jika berhenti maka dana triliunan
rupiah yang mengalir ke indonesia akan berhenti juga sehingga masalah terorisme
ini harus berkelanjutan.
Pembicara kedua Yusuf Maulana,
seorang pakar media dan jaringan memberikan penyampaian mengenai media di
Indonesia. Disampaikan bahwa media yang ada saat ini isinya ‘permainan’ saja,
jadi kita sikapi media dengan santai. ‘Anggap saja guyonan”, ujarnya. Media
yang ada sekarang harus lebih baik. Beliau juga mengajak agar kita mengkritisi
isu lewat literasi.
Usai penyampaian materi oleh
kedua pembicara, masing-masing dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Acara ini
ditutup dengan pembacaan puisi oleh seorang pengurus KAMMI UII dan berakhir
pada pukul 12.00 wib.
Ahada Ramadhana
Aktivis KAMMI UII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar