Selasa, 23 Oktober 2012

Aktivitas Keislaman vs Terorisme


Sabtu (22/9), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UII menghelat diskusi publik mengenai “Aktivitas Keislaman Vs Terorisme”. Bertempat di ruang B.III.4 Kampus D3 Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII), puluhan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang hadir. Antara lain dari Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII, Unit Kegiatan Mahasiswa Keislaman (UKMK) Al Fath UII, KAMMI INSTIPER serta mahasiswa-mahasiswi angkatan 2012 UII dari berbagai fakultas.

Departemen Kajian Strategis (Kastrat) KAMMI UII sebagai penggagas acara ini mengakui digelarnya acara ini dalam rangka menyikapi isu terkini yang dilontarkan oleh media mengenai aktivitas keislaman yang berbasis masjid sekolah yang dipersepsikan berkaitan dengan teroris. Acara ini untuk meluruskan persepsi terhadap aktivitas keislaman di tingkat pelajar yang telah dipersepsikan buruk.

Dimulai pada pukul 08.30 wib, Diskusi Publik diawali dengan pemutaran video mengenai hal terkait sebagai prolog, dilanjutkan dengan Focus Grup Discussion (FGD) dengan durasi kurang lebih 10 menit. Setelahnya disampaikan materi dengan topik ‘Strategi Baru Gerakan Terorisme’ oleh pembicara pertama Aza El Munadiyan, mahasiswa UGM yang juga Peneliti Bidang Terorisme Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) UII. Aza berpendapat bahwa pola jihad fardiyah (mandiri) menjadi pilihan jaringan terorisme di Indonesia saat ini karena beberapa alasan. Pertama, makin mudahnya orang untuk ‘berjihad’, dahulu orang berjihad harus dengan terorganisir namun saat ini dengan beberapa orang dalam satu kelompok maka aksi jihad bisa dilakukan, misalnya bom Bali II.

Kedua, makin mudahnya mendapat ilmu askary (militer), siapa saja yang bersemangat ingin jihad bisa belajar ilmu-ilmu askary di internet. Ketiga, semakin banyaknya jaringan sel yang tertangkap ditambah sudah tidak adanya pimpinan gerakan Nordin M Top dan Dr Azhari membuat sel-sel yang di bawahnya gamang dan kalap sehingga gerakan yang dilakukan terkesan sporadis tanpa target dan waktu yang jelas. Keempat, munculnya indikasi permainan intelejen gelap yang bisa jadi berasal dari indonesia maupun pihak asing yang berkepentingan agar proyek terorisme di Indonesia tidak berhenti karena jika berhenti maka dana triliunan rupiah yang mengalir ke indonesia akan berhenti juga sehingga masalah terorisme ini harus berkelanjutan.

Pembicara kedua Yusuf Maulana, seorang pakar media dan jaringan memberikan penyampaian mengenai media di Indonesia. Disampaikan bahwa media yang ada saat ini isinya ‘permainan’ saja, jadi kita sikapi media dengan santai. ‘Anggap saja guyonan”, ujarnya. Media yang ada sekarang harus lebih baik. Beliau juga mengajak agar kita mengkritisi isu lewat literasi.

Usai penyampaian materi oleh kedua pembicara, masing-masing dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Acara ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh seorang pengurus KAMMI UII dan berakhir pada pukul 12.00 wib.


Ahada Ramadhana
Aktivis KAMMI UII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar