Senin, 19 November 2012, puluhan mahasiswa yang
tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) se-DIY
melakukan aksi simpatik untuk Palestina. Masa aksi mulai berjalan dari DPRD DIY
pukul 10.00 WIB dan berakhir di nol kilometer Yogyakarta tepat menjelang
dzuhur. Aksi dengan tajuk Ngamen For palestina tersebut berhasil menggalang
dana sebanyak 2 juta rupiah. Dedy Yanwar El Fani, ketua KAMMI Daerah Sleman dalam
orasinya menuturkan “sudah selayaknyalah bangsa indonesia yang memiliki hutang
sejarah kepada palestina mendukung rakyat palestina dalam mewujudkan
kemerdekaan palestina” ujarnya lantang. Dedy juga menuntut agar Liga Arab juga
PBB turut serta dalam mewujudkan perdamaian tersebut.
Agresi yang
dilakukan israel hampir sepekan ini mengakibatkan setidaknya ratusan
korban, mayoritas diantaranya adalah warga sipil. Serangan yang dimulai sejak hari rabu itu mengakibatkan puluhan warga
paletina syahid dan lebih dari 600 warga
mengalami luka-luka.
Sejak aksi militer yang dimulai pada tahun 1948 puluhan
ribu nyawa telah menjadi korban dan ratusan ribu penduduk Palestina mengungsi
keluar tanah kelahirannya. Tidak hanya itu, luas tanah Palestina saat ini hanya
tersisa 23 % dari luas sebenarnya sebelum datangnya invansi dan pendudukan oleh
militer zionis israel. Berbagai cara diplomasi sampai pertempuran militer belum
mampu mengakhiri konflik berdarah ini. hal ini juga disebabkan ketidakberdayaan
negara-negara di semenanjung arab untuk turut andil mewujudkan kemerdekaan dan
perdamaian di Palestina. Di sisi lain Israel yang nyata menjadi penjahat perang
mendapat dukungan yang kuat dari negara Amerika dan sekutunya.
Secara de facto Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, namun secara de jure untuk
menjadi sebuah negara yang utuh dibutuhkan pengakuan dari negara lain. Negara
yang pertama kali memberikan aspresiasi terhadap kemerdekan RI saat itu adalah Palestina dan Mesir.
Dalam buku Diplomasi Revolusi
Indonesia di Luar Negeri yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat
Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia
mengatakan bahwa setahun sebelum tersiar kabar proklamasi kemerdekaan RI,
dukungan akan kemerdekaan RI datang dari mufti besar paletina bernama Amin Al
Husaini. Beliau, juga secara terbuka menyambut kedatangan panitia
kemerdekaan. Dukungan lain datang dari saudagar asal palestina, dialah Muhammad Ali
Taher. Beliau mengatakan "Terimalah semua kekayaan saya ini
untuk memenangkan perjuangan Indonesia .." sambil menyerahkan sejumlah uang pada bank Arabia
tanpa meminta bukti transaksi. Setelah itu Mesir mengakui kedaulatan Indonesia
pada tahun 1949, dan pada akhrirnya dukungan mengalir dari negeri-negeri di
arab.
Betapa besar peranan Paletina dan juga Mesir terhadap kemerdekaan RI, mungkin tanpa pengakuan
dari keduanya Indonesia tidak akan pernah menjadi negara berdaulat
dan diperhitungkan secara internasional. Untuk itu melihat krisis yang dialami
oleh Palestina saat ini, sudah sepantasnyalah Indonesia berperan aktif dalam mewujudkan
kemerdekaan Palestina. Hal ini juga sejalan
dengan cita Indonesia
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”. Aksi tersebut diselingi ngamen untuk Palestina yang terkumpul Rp. 2.440.000,- di Malioboro dan diakhiri dengan
sholat ghaib di nol kilometer.
Farisa
Dyah
Aktivis
KAMMI Daerah Sleman