Sabtu, 03 November 2012

Diskusi Keummatan


        
          Diputarnya film the Innocent of Muslim produksi orang Yahudi meresahkan umat Islam. Merespon sikap pelecehan ini, KAMMI UNY mengadakan diskusi keummatan Sabtu, 29 September 2012 untuk memberikan edukasi publik dan bagaimana sikap kita selaku kaum muslimin. Acara yang dihelat di Masjid Mujahidin UNY ini mengundang Ustad Irfan S. Awwas selaku pembicara tunggal dalam forum diskusi ini. Ketua Majelis Mujahidin Indonesia ini mengungkapkan kenapa justru orang-orang yang cinta kepada Islam dituduh sebagai teroris dan rohis dianggap sarang teroris.

          “Ini merupakan fitnah terhadap gerakan-gerakan Islam. Barat membenci Islam atas nama pemberantasan terorisme. Kata Imam Syafii, orang yang dibuat marah lalu tidak marah adalah keledai. Dalam konteks ini, jika umat Islam dibuat marah oleh non Islam dan responnya tidak marah, itu sama saja dengan keledai. Karena dia membiarkan Nabi dihina” ujarnya.

          Ustad Irfan juga menjelaskan, film ini menunjukkan orang kafir berusaha memberikan stigma buruk terhadap Islam. Cara lainnya dengan merubah cara pandang melalui cara berpakaian, gaya hidup, dan sebagainya. Ideologi baru yang dimaksud juga berupa liberalism, lesbianism, demokrasi dengan tujuan agar orang Islam berkompromi bersikap lunak terhadap masalah aqidah, akhlak, muamalah, dan sebagainya atau bersikap toleran terhadap orang kafir. Jika tidak toleran dianggap sebagai Islam fundamfentalis, garis keras, dan radikal. Menghadapi serangan ini, yang perlu dipegang setiap muslim adalah saudara, meskipun berbeda gerakan dan jamaahnya. Apapun gerakannya, tugas kaum muslimin adalah meninggikan kalimat Allah.

          Pada acara ini KAMMI UNY juga mengundang elemen gerakan lainnya untuk memberikan pandangannya terhadap kasus ini. Perwakilan Indonesia Tanpa JIL menyatakan, hal ini merupakan serentetan penghinaan agama. Kasus penghinaan agama dulu pernah dilakukan Salman Rushdie (1989) dengan menerbitkan novel Ayat-Ayat Setan dan Poster-poster tentang Islam dan karikatur Nabi Muhammad SAW dalam koran Jyland Posten di Denmark. Kesimpulan yang dapat dibaca adalah terdapat upaya yang sistematis untuk menodai agama Islam. Solusi untuk menghadapinya adalah kembali berjamaah, bukan menonjolkan masing-masing gerakan.

          Sementara aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyampaikan agar umat Islam jangan sampai otaknya tercuci dengan adanya permainan media.
Ditermin lain, delegasi KAMMI menyampaikan harusnya kita banyak-banyak berdoa bukan banyak-banyak emosi, meski dalam beberapa hal mengharuskan kita emosi atas penistaan agama yang dilakukan oleh orang-orang kafir melalui perang pemikiran. Perang pemikiran lebih kompleks daripada perang senjata. Cari menghadapinya dapat melalui medium pemikiran juga, salah satunya KAMMI UNY mengadakan diskusi keummatan ini.


          Pengurus PMII menyerukan agar umat Islam harus bersatu meninggikan kalimat Allah. PMII mengambil sikap tegas terhadap penistaan agama dan menyerukan agar sabar terhadap penghinaan tersebut.
         
          Di kutub lain pengurus Takmir Masjid Mujahidin yang diberi kesempatan untuk tampil mengingkatkan agar umat Islam jangan terjebak pada narsisme golongan, sehingga rapuh dan tidak kokoh. “Upaya pencerdasan umat harus kembali digelorakan, yaitu back to masjid! Karena masjid bukanlah hanya sarana ibadah saja, tetapi masjid adalah miniatur peradaban yang menjadi pusat forum keilmuan” katanya. Kesabaran dalam menghadapi perkara ini, harus diimbangi dengan kecerdasan untuk mengatasi terjadinya Islamophobia di kalangan masyarakat akibat menerima informasi yang salah tentang Islam.


 Mifta Damai Riningtyas
 Aktivis KAMMI UNY



Tidak ada komentar:

Posting Komentar