Jalan cinta
pejuang pena. Bukan sekedar pilihan diksi atau rangkaian kata untuk sekedar
memenuhi makna. Bukan judul film atau judul buku laris karya mahasiswa. Jalan
cinta pejuang pena merupakan tema yang diangkat sebagai ruh pelatihan
jurnalistik. Tema tersebut diambil guna menghidupkan kembali semangat menulis
yang luntur, kekayaan pikir yang mulai mundur dan porsi suara mahasiswa yang
tergusur. Semangat tersebut coba digelorakan oleh kawan-kawan muslim negarawan melalui
pelatihan jurnalistik.
Pelatihan
jurnalistik tersebut dimotori oleh kawan-kawan muslim negarawan KAMMI
komisariat Instiper Yogyakarta. Hamka Mulia Pulungan, kader baru angkatan ’12
KAMMI komisariat Instiper sebagai ketua panitia dan kawan-kawan panitia lainnya
menjadi lokomotif dalam perjalanan kereta jalan cinta pejuang pena. Pelatihan
tersebut dibuka oleh Kang Asnan selaku sekjend KAMMI daerah Sleman. Pelatihan
didesain sederhana, renyah dan segar agar mudah diterima oleh peserta
pelatihan. Acara dikemas santai dengan tajuk kekeluargaan itu pun mampu
memberikan suntikan ampuh yang bukan hanya melahirkan ide, gagasan dan kekuatan
berpikir tapi lebih dari itu, pelatihan mampu menghasilkan sebuah karya. KAMMI
komisariat Instiper Yogyakarta dengan segenap dedikasi penuh mempersembahkan
wujud bhakti untu anak negeri agar mampu memiliki semangat dan gairah menulis,
menuangkan kekayaan berpikir dalam wujud karya nyata tulisan.
Jum’at
pekan ketiga bulan November 2012 menjadi hari eksekusi kawan-kawan KAMMI
komisariat Instiper Yogyakarta mengadakan pelatihan tersebut. Jalan cinta
pejuang pena tersebut dilaksanakan di gedung jati, fakultas kehutanan Instiper
Yogyakarta, berkoordinat di Sleman, Depok, Maguwoharjo. Gedung jati menjadi
saksi menggeloranya semangat jiwa pembaharu untuk mengaktualisasikan semangat
menulis. Pelatihan yang dihadiri mayoritas oleh mahasiswa baru itu pun menjadi
hal menarik atas atmosfer yang diterima
dalam dunia kampus yang baru saja dijelajahi.
Jalan
cinta pejuang pena tersebut dihadiri oleh mahasiswa Instiper dan tamu undangan
dari kampus yang berada di Yogyakarta. UNY, UGM, AMIKOM, UMBY dan kampus lain
menjadi warna tersendiri dalam pelatihan tersebut. Bahasan mengenai publisistik
ini dihadiri 93 peserta baik putra maupun putri. Suasana ramai, riuh dan
bersemangat menjadi simbol espektasi yang besar terhadap pelatihan jurnalistik.
Pelatihan
jurnalistik dimoderatori oleh Aziz, sosok pria yang mengatasnamakan dirinya
“rakyat jelata” selaku pemangku jabatan kementrian luar negeri badan eksekutif
mahasiswa Instiper Yogyakarta. Jalan cinta pejuang pena menghadirkan narasumber
yang ahli dan profesional dibidang jurnalistik. Narasumber tersebut sengaja
dihadirkan guna memompa semangat juang untuk menulis dan berkarya nyata. Vivit Nur Arista Putra dan Supadiyanto, S. Sos. menjadi narasumber ampuh dalam gonjang-ganjing
jurnalistik jalan cinta pejuang pena. Mantra-mantra beliau mengalir syahdu bak
fatwa pujangga yang menyihir peserta pelatihan jurnalistik. Kemeja dan sweater
simpel yang dikenakan Vivit menambah power best performence pelatihan
ini. Khas idealis, tajam dan analis menjadi simbolik sosok dan gaya tulis Vivit dalam menyampaikan materi.
Ketegasan
sikap dan kelurusan niat menjadi hal utama yang disampaikan dalam menulis untuk
peserta pelatihan jurnalistik. Pria yang 140 tulisannya dimuat di media massa
ini menyampaikan “untuk meracik tulisan harus mengutamakan deferensisi ide,
penulisan singkat dan jelas, dan pengambilan sudut pandang yang berbeda”
katanya. Pria berjenggot halus itu pun merekomendasikan “sebelum menulis, kita
juga harus mengimbanginya dengan membaca. Target membaca dapat diatur tiga buku
setiap bulannya dengan rincian bacaan profesionalisme profesi atau jurusan yang
kita ambil, buku keIslaman dan pengembangan diri agar kemampuan senantiasa
meningkat” tambahnya.
Beda
lagi dengan penyampaian Supadiyanto. Pria berkacamata yang tengah didampingi
oleh asisten mesranya yaitu istri beliau, menyampaikan tentang
motivasi-motivasi untuk menulis. Pria yang hidup dari menulis itu juga
menyampaikan perjalanan hidup beliau bahwa dengan menulis akan mampu
mendatangkan kemapanan hidup dan kekuatan financial. Kang Supadiyanto
yang juga penulis buku yang bertajuk memburu honor dari menulis itu memberikan
nasihat kepada peserta pelatihan yang notabenenya adalah pemula dalam menulis.
Jalan
cinta pejuang pena. Bukan sekedar ide, gagasan dan kekayaan berpikir tapi
kontribusi dan kerja nyata. Dari hasil pelatihan jurnalistik tersebut
dihasilkan sebuah karya nyata bersama, karya tersebut merupakan buku. Buku
tersebut memuat esensi “Transformasi zaman, menjiwai karakter pahlawan” hasil buah pikir dan karya tulis dari seluruh
peserta yang dikumpulkan menjadi satu dalam bentu buku. Buku tersebut membawa
semangat kepahlawanan dan atmosfer peduli terhadap jasa pahlawan yang
dikolerasikan dengan transformasi zaman. Ide tersebut tercetus guna mengkaryakan
pelatihan ini, agar pelatihan ini bukan hanya sekedar formalitas tapi juga
mengedepankan kualitas.
Pelatihan yang memiliki kebermanfaatan, dikemas secara
profesional dan memandang penting arti substansi dan esensi. Buku tersebut
rencananya akan diperbanyak dan dipublikasikan secara umum guna bukti nyata
bahwa kawan-kawan muslim negarawan KAMMI komisariat Instiper Yogyakarta sangat
serius menggarap anak bangsa sebagai wujud bhakti, pergerakan tiada henti,
militansi tiada mati, lejitkan eksplorasi potensi, gaya cerdas dan bermartabat
dihadapan Illahi.
Aziz
Aktivis KAMMI Instiper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar