Selasa, 27 November 2012

Jalan Cinta Pejuang Pena



Jalan cinta pejuang pena. Bukan sekedar pilihan diksi atau rangkaian kata untuk sekedar memenuhi makna. Bukan judul film atau judul buku laris karya mahasiswa. Jalan cinta pejuang pena merupakan tema yang diangkat sebagai ruh pelatihan jurnalistik. Tema tersebut diambil guna menghidupkan kembali semangat menulis yang luntur, kekayaan pikir yang mulai mundur dan porsi suara mahasiswa yang tergusur. Semangat tersebut coba digelorakan oleh kawan-kawan muslim negarawan melalui pelatihan jurnalistik.

          Pelatihan jurnalistik tersebut dimotori oleh kawan-kawan muslim negarawan KAMMI komisariat Instiper Yogyakarta. Hamka Mulia Pulungan, kader baru angkatan ’12 KAMMI komisariat Instiper sebagai ketua panitia dan kawan-kawan panitia lainnya menjadi lokomotif dalam perjalanan kereta jalan cinta pejuang pena. Pelatihan tersebut dibuka oleh Kang Asnan selaku sekjend KAMMI daerah Sleman. Pelatihan didesain sederhana, renyah dan segar agar mudah diterima oleh peserta pelatihan. Acara dikemas santai dengan tajuk kekeluargaan itu pun mampu memberikan suntikan ampuh yang bukan hanya melahirkan ide, gagasan dan kekuatan berpikir tapi lebih dari itu, pelatihan mampu menghasilkan sebuah karya. KAMMI komisariat Instiper Yogyakarta dengan segenap dedikasi penuh mempersembahkan wujud bhakti untu anak negeri agar mampu memiliki semangat dan gairah menulis, menuangkan kekayaan berpikir dalam wujud karya nyata tulisan.

          Jum’at pekan ketiga bulan November 2012 menjadi hari eksekusi kawan-kawan KAMMI komisariat Instiper Yogyakarta mengadakan pelatihan tersebut. Jalan cinta pejuang pena tersebut dilaksanakan di gedung jati, fakultas kehutanan Instiper Yogyakarta, berkoordinat di Sleman, Depok, Maguwoharjo. Gedung jati menjadi saksi menggeloranya semangat jiwa pembaharu untuk mengaktualisasikan semangat menulis. Pelatihan yang dihadiri mayoritas oleh mahasiswa baru itu pun menjadi hal menarik atas  atmosfer yang diterima dalam dunia kampus yang baru saja dijelajahi.

          Jalan cinta pejuang pena tersebut dihadiri oleh mahasiswa Instiper dan tamu undangan dari kampus yang berada di Yogyakarta. UNY, UGM, AMIKOM, UMBY dan kampus lain menjadi warna tersendiri dalam pelatihan tersebut. Bahasan mengenai publisistik ini dihadiri 93 peserta baik putra maupun putri. Suasana ramai, riuh dan bersemangat menjadi simbol espektasi yang besar terhadap pelatihan jurnalistik.

          Pelatihan jurnalistik dimoderatori oleh Aziz, sosok pria yang mengatasnamakan dirinya “rakyat jelata” selaku pemangku jabatan kementrian luar negeri badan eksekutif mahasiswa Instiper Yogyakarta. Jalan cinta pejuang pena menghadirkan narasumber yang ahli dan profesional dibidang jurnalistik. Narasumber tersebut sengaja dihadirkan guna memompa semangat juang untuk menulis dan berkarya nyata. Vivit Nur Arista Putra dan Supadiyanto, S. Sos. menjadi narasumber ampuh dalam gonjang-ganjing jurnalistik jalan cinta pejuang pena. Mantra-mantra beliau mengalir syahdu bak fatwa pujangga yang menyihir peserta pelatihan jurnalistik. Kemeja dan sweater simpel yang dikenakan Vivit menambah power best performence pelatihan ini. Khas idealis, tajam dan analis menjadi simbolik sosok dan gaya tulis Vivit dalam menyampaikan materi.

          Ketegasan sikap dan kelurusan niat menjadi hal utama yang disampaikan dalam menulis untuk peserta pelatihan jurnalistik. Pria yang 140 tulisannya dimuat di media massa ini menyampaikan “untuk meracik tulisan harus mengutamakan deferensisi ide, penulisan singkat dan jelas, dan pengambilan sudut pandang yang berbeda” katanya. Pria berjenggot halus itu pun merekomendasikan “sebelum menulis, kita juga harus mengimbanginya dengan membaca. Target membaca dapat diatur tiga buku setiap bulannya dengan rincian bacaan profesionalisme profesi atau jurusan yang kita ambil, buku keIslaman dan pengembangan diri agar kemampuan senantiasa meningkat” tambahnya.

          Beda lagi dengan penyampaian Supadiyanto. Pria berkacamata yang tengah didampingi oleh asisten mesranya yaitu istri beliau, menyampaikan tentang motivasi-motivasi untuk menulis. Pria yang hidup dari menulis itu juga menyampaikan perjalanan hidup beliau bahwa dengan menulis akan mampu mendatangkan kemapanan hidup dan kekuatan financial. Kang Supadiyanto yang juga penulis buku yang bertajuk memburu honor dari menulis itu memberikan nasihat kepada peserta pelatihan yang notabenenya adalah pemula dalam menulis.

          Jalan cinta pejuang pena. Bukan sekedar ide, gagasan dan kekayaan berpikir tapi kontribusi dan kerja nyata. Dari hasil pelatihan jurnalistik tersebut dihasilkan sebuah karya nyata bersama, karya tersebut merupakan buku. Buku tersebut memuat esensi “Transformasi zaman, menjiwai karakter pahlawan”  hasil buah pikir dan karya tulis dari seluruh peserta yang dikumpulkan menjadi satu dalam bentu buku. Buku tersebut membawa semangat kepahlawanan dan atmosfer peduli terhadap jasa pahlawan yang dikolerasikan dengan transformasi zaman. Ide tersebut tercetus guna mengkaryakan pelatihan ini, agar pelatihan ini bukan hanya sekedar formalitas tapi juga mengedepankan kualitas. 

        Pelatihan yang memiliki kebermanfaatan, dikemas secara profesional dan memandang penting arti substansi dan esensi. Buku tersebut rencananya akan diperbanyak dan dipublikasikan secara umum guna bukti nyata bahwa kawan-kawan muslim negarawan KAMMI komisariat Instiper Yogyakarta sangat serius menggarap anak bangsa sebagai wujud bhakti, pergerakan tiada henti, militansi tiada mati, lejitkan eksplorasi potensi, gaya cerdas dan bermartabat dihadapan Illahi.
         

Aziz
Aktivis KAMMI Instiper

Tidak ada komentar:

Posting Komentar