Tepat ketika hari terakhir di GREBEG BUKU Yogyakarta, dengan
slogan “Menuju Yogya sebagai Kota Wisata Buku”, sy bertemu dengan Pimred
Penerbit GALANG. Penerbit galang adalah penerbit yang menerbitkan buku “Gurita
Cikeas” karya George Junus Aditjondro yang banyak menarik perhatian publik dan
sedang diburu. Ketika itu obrolan hangatpun terjadi, terlebih sy mengenalkan
diri sebagai kader KAMMI. Topik pembicaraan seputar buku dan korupsi, isu
korupsi kembali hangat menjadi pembicaraan seteleh kasus century mencuat.
Secara umum, buku “Gurita Cikeas” memiliki kesamaan gagasan
dengan kammi, yakni upaya pemberantasan korupsi. buku ini berhasil masuk dalam
ruang opini publik, setidaknya dengan kontroversi gagasan dan momentum
peluncurannya. kammi perlu belajar memanfaatkan dua hal tersebut, gagasan dan
momentum, untuk mengoptimalkan distribusi kebaikannya...
Pembicaraan sy dengan pimred Galang tidak berlangsung lama,
karena masing-masing akan melanjutkan agendanya. Kami bersepakat untuk bertemu
keesokan hari, (6 januari 2010) di kantor Galang Press...
Pada hari yang telah disepakati, saya sendirian meluncur ke
kawasan Baciro tempat Kantor Galang
Press berada. Karena belum tahu lokasi tepatnya, sy bertanya pada Bapak
pengemudi Becak yang mangkal diseputaran Stadion Mandala Krida. Dengan berbekal arahan Bpk Tulkang Becak, akhirnya
sy bisa sampai ke kantor Galang. Lalu masuk dan bertanya kepada karyawan yang
kebetulan ada disana, menanyakan pimred apakah ada di ruangan atau tidak.
Ternyata Pimred Galang sedang keluar, sy langsung .ditemua Ka Litbang dan Humas
Galang. Dan disinilah diskusi bermula.
Awalnya, rencana awal kedatangan sy ke Galang adalah untuk
bertemu George Aditjondro, namun urung karena beliau sedang menenangkan diri di
Kaliurang, kawasan di kaki Guniung Merapi, selama dua pekan. Hal ini dilakukan
setelah suasana cukup panas pasca penerbitan Gurita di Cikeas dan insiden
dengan Ramadhan Pohan di Jakarta. George juga menunda roadshow atau agenda lain
selama dua pekan tsb. Dari arsip di Galang Press, sy melihat ada beberapa buku
lain yang ditulis oleh Georges.
Ada kemungkian sembari istirahat di daerah Kaliurang, George
akan meluncurkan buku keduanya. yang berkaitan dengan buku Gurita-nya. Hal yang
perlu diambil mengingat juga lahir buku-buku lain yang bernuansa menentang gagasan dan
metdodologi buku Gurita. Namun di tengah polemik dan pertarungan mengenai
Gurita di Cikeas dan lain-lain, ada satu sudut pandang dan pembelajaran positif
yang dapat diambil. Peperangan dan konflik yang terjadi classly, berkelas,
karena disuguhkan dan terjadi dalam bentuk
tulisan. Minimal ada budaya tulisan/literasi yang harapannya
mencerdaskan masyarakat. Ada trend dimana masyarakat menunjukkan peningkaan
minat membaca karena keingintahuan masyarakat mengenai kasus Century.Semoga
generasi masa depan bangsa ini membudayakan baca-tulis sebagai sarana
memperjuangkan gagasannya.
Bila melihat keberanian Galang untuk menerbitkan dan
mengankat buku Gurita ini, ada pertanyaan dibenak saya mengapa Galang mau
mengambil resiko menerbitkannya. Akhirnya, saya menanyakan kepada pihak Galang
mengapa mereka berani menerbitkan buku kontroversial semacam ini. Menurut
Galang, semangat Memberantas Korupsi memicu Galang Press untuk menerbitkan buku
ini, dengans segala resikonya. Berdasarkan pengamatan saya di Penerbit ini,
cukup banyak buku-buku terbitan Galang banyak yang kontroversial. Hal ini sudah
menjadi core, ujar Litbang Galang.
Mungkin masyarakat cukup jengah terhadap tindak korupsi di
Bangsa ini, khususnya erhadap mafia peradilan . Puncak Gunung es-nya ialah
ketika rekaman percakan Anggodo "sang Mafioso" diungkap dan
diperdengarkan pada khalayak umum oleh Mahkamah Konstitusi. Semua orang bisa
melihat dengan jelas “kegilaan” dan kebobrokan praktik hukum Indonesia.
Bagaimana peran Anggodo like a boss, dengan kuasa finansialnya memainkan hukum
sesuai dengan syahwatnya., serta bagaimana aparat penegak hukum seperti preman
yang meminta jatah preman agar kasus menguap dan penjahat bebas
melenggang. Masyarakat semakin percaya
bahwa markus (makelar kasus) adalah nyata di dunia peradilan kita.
Dalam kesempatan itu, saya manfaatkan untuk menyampaikan
beberapa pesan kepada teman2 di Garas,
pertama, KAMMI hadir untuk mendorong perubahan bangsa ini (ishlahul hukumah)
kearah yang lebih baik. SIkap ini menjadi raison d’etre KAMMI yang hadir dalam
rangka menuju Indonesia seperti yang dilukiskan dalam Al-Qur’an, “baldatun
thayyibatun wa rabbun ghaffur”, sejahtera material dan spiritual. Kedua, KAMMI
akan terus konsisten dengan Gerakan Anti-Korupsi. Hal ini dibuktikan dengan
KAMMI DIY khususnya dalam mengawal isu-isu korupsi di daerah.
Tema besar pemberantasan korupsi, mau tidak mau, akan tetap
menjadi trend gerakan yang harus terus disuarakan KAMMI. Saatnya KAMMI untuk
tidak lagi terjebak dalam euforia menjatuhkan rezim’98, tetapi lebih
menempatkan dirinya sebagai organ yang membangun kesadaran politik (al wa’yu
as-siyasiah) agar masyarakat memiliki dan berperan aktif dalam partisipasi
politik (musyarakah siyasiah). Terlebih kini masyarakat lebih dekat dengan
dinamika kekuasaan seperti proses piemilu kada. Desentralisasi menghendaki
prinsip subsidiaritas politik di dalamnya, dan masyarakat lebih dekat dengan
lingkaran kekuasaan.
Kembali ke obrolan dengan Humas Galang. Secara langsung
menyatakan, teman-teman Galang menyatakan
bahwa KAMMI adalah organ besar mas, jadi jangan disibukkan dengan hanya
melakukan hal kecil!. Pernyataan ini spontan memacu adrenalin untuk segera
beraksi, melakukan hal-hal konkrit, dan membuktikan dengan berbagai prestasi.
Targetan dari sekedar membedah buku berubah seketika, ingin melakukan hal-hal
yang lebih besar. Lalu dia menambahkan bahwa ditahun '98 KAMMI adalah organ
pertama yang melakukan aksi di jalanan”. Sebagai saksi sejarah, beliau ingin
menyaksikan terobosan KAMMI era 1998 dalam koneteks kekinian. "Tahun 1998
KAMMI ada di barisan terdepan, dan kini
terjadi korupsi secara luar biasa di negeri ini. Kami ingin KAMMI kembali
bangkit dan melakukan terobosan besar "
ujarnya penuh harap. Pembicaraan
pun kami akhiri. Di perjalana saya merenung, sanggupkah KAMMI kembali bangkit
memenuhi panggilan sejarah dan kembali menjadi pendorong perbaikan bangsa ini
secara lebih 'radikal".... Wallahu'alam.
di sudut B07.
KAMMI Reborn (lahir kembali)
Isnendi Muhammad Fatwa (Ketua II KAMMI Daerah Sleman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar